Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 16 Mei 2012

Tragedi Superga Tewasnya Bakat Italia



Mengingat kejadian kecelakaan pesawat sukhoi super jet 100 yang menabrak tebing gunung salak pekan lalu hampir sama dengan kejadian di Turin pada tanggal 3 Mei 1949 Petaka itu berawal dari undangan. Kapten Benfica dan Timnas Portugal, Francisco Jose Ferreira, berniat gantung sepatu. Ferreira lalu mengundang sahabat dan pemain yang paling dihormatinya, Valentino Mazzola, untuk melakukan pertandingan persahabatan di Portugal.
“Aku ingin Torino menghadiri pertandingan terakhirku sebelum aku gantung sepatu. Kalian merupakan klub
terkuat di Eropa. Aku yakin, dengan bertanding melawan kalian masyarakat akan berduyun-duyun datang ke stadion,” pinta Ferreira kepada Mazzola. Sang Kapten Torino pun menjawab, “Aku akan minta izin kepada Novo (Presiden Torino). Jika dia setuju maka aku akan datang ke pesta perpisahanmu,” jawab Mazzola.
Manajemen Torino tak keberatan. Asal, Mazzola dkk tetap harus tampil maksimal saat berlaga melawan Inter Milan yang digelar satu hari sebelumnya. Mazzola setuju. Pertandingan berakhir imbang 0-0, tetapi itu sudah cukup bagi Torino untuk memastikan diri keluar sebagai juara.
Pada Minggu, 3 Mei 1949, Mazzola dkk terbang ke Lisabon, Portugal, untuk berduel dengan Benfica. Ribuan orang menonton partai terakhir Ferreira tersebut. Pertandingan berjalan seru. Gol demi gol dilesakkan masing-masing tim. Benfica lebih beruntung. Jawara Liga Portugal itu menang tipis, 4-3.
Keesokan harinya, Tim Torino berangkat pulang ke Italia. Menumpang pesawat jurusan Barcelona-Turin yang transit di Benfica pada pukul 15.15, Mazzola dkk pulang dengan perasaan riang. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa malaikat maut telah menunggu hanya dalam hitungan jam. Duh..

Satu jam pertama, pesawat terbang normal. Sayang, Tiba-tiba di langit Italia, hujan turun dengan deras. Badai datang menghantam. Sekitar pukul 16.45, radio bandara Kota Turin mendapat berita dari pilot pesawat bahwa cuaca sangat buruk. Awan tebal menyelimuti Kota Turin. Di daerah Superga, Mata pilot hanya bisa menjangkau pada radius 40 meter. Pilot pesawat dan menara pemantau di bandara Turin saling memberi kabar. Pada pukul 17.04, sinyal radio dari pesawat tiba-tiba terputus. Pesawat yang mereka tumpangi seperti belalang tersapu angin, Pesawat tak mampu mengendalikan diri. Krasss... Sayap pesawat menabrak Superga, bukit setinggi 670 meter di pinggiran Kota Turin. Pesawat pun meledak dan semua penumpang tewas mengenaskan. Pesawat Pada pukul 17.04, sinyal radio dari pesawat tiba-tiba terputus. Selang beberapa menit kemudian, pada pukul 17.12, kepolisian kawasan Superga memberi kabar bahwa ada kecelakaan tragis. Sebuah pesawat membentur Bukit Superga. Semua penumpangnya tewas mengenaskan.
Italia terperangah. Perih menusuk di semua dada orang Italia. Para legenda sepak bola mereka tewas mengenaskan. Ratusan polisi dan tenaga sukarelawan menyerbu ke lokasi. Mereka mencoba menolong seolah tak percaya bahwa para korban telah tewas. Konglomerat Giovanni Agnelli dan pelatih legendaris Vittorio Pozzo sampai ikut turun ke lapangan untuk membantu sekuat tenaga.
Didalam pesawat tersebut terdapat  para pemain Torino
V Bacigalupo, G Gabetto, V Mazzola, To Ballarin, R Grava, R Menti, D Ballarin, C Grezar, P Operto, Bongiorni, Loik, F Ossola, And Castigliano, V Maroso, M Rigamonti, R Fadini, D Martelli, dan J Schubert,
Manajemen Torino  Civelleri, To Agnisetta, And Egrierbstein, L Lievesley, dan Or Cortina, Wartawan R Casalbore, L Cavallero, dan R Tosatti,
Kru pesawat 
C Bianciardi, To Pangrazzi, C D' Inca, To Bonaiuti, Colonn, dan Meroni.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template PingooIgloo by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP